Senin, 31 Oktober 2011

PTK PAI

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah.
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar berfungsi untuk : (a) Penanaman nilai ajaran agama Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akherat; (b) Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga: (c) Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui pendidikan agama Islam; (d) Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peseta didik dalam keyakinan, pengalaman ajaran agama Islam dalamkehidupan sehari-hari; (e) Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif budaya asing yang akan dihadapinya sehari-hari (f) Pengajaran ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan non nyata, system dan fungsionalnya; (g) Penyaluran siswa untuk mendalami pendidikan agama ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi.
Berpangkal tolak uraian tersebut di atas pembelajaran Pendidikan Agama Islam tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan serta pelaksanaan informasi yang telah diterima setelah melalui pemfilteran. Untuk itu aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain. (Haryono, 2000 : 24)
Langkah-langkah tersebut memerlukan partisipasi aktif dari siswa. Untuk itu perlu ada metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Adapun metode yang dimaksud adalah metode pembelajaran kooperatif model TAPPS. Pembelajaran kooperatif model TAPPS adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama. Felder, (1994 : 2)
Pembelajaran kooperatif lebih menekankan interaksi antara siswa. Dari sini siswa akan melakukan komunikasi aktif dengan sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut diharapkan siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan mudah karena "siswa lebih mudah memahami penjelasan dari kawannya dibanding penjelasan dari guru karena taraf pengetahuan serta pemikiran lebih sejalan dan sepadan". (Sulaiman dalam Wahyuni, 2001 : 2)
Penelitian juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya. (Nur, 1996 : 2)
Pete Tchumi dari universitas Arkansas Little Rock memperkenalkan suatu ilmu pengetahuan pengantar pelajaran computer selama tiga kali, yang pertama siswa bekerja secara individu, dan dua kali secara kelompok. Dalam kelas pertama hanya 36% siswa yang mendapat nilai C atau lebih, dan dalam kelas yang bekerja secara kooperatif ada 58% dan 65% siswa yang mendapat nilai C atau lebih baik (Felder, 1994 : 14)
Berdasarkan paparan tersebut di atas maka peneliti melakukan penelitian dengan judul "Peningkatan Prestasi Belajar Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Melalui Pembelajaran Kooperatif Model TAPPS (Thingking Aloud Pair Problem Solving) pada siswa kelas VI SDN Kebonsari 01 Kecamatan Tuban Tahun  Pelajaran 2009/2010.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut :
  1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif model TAPPS pada siswa kelas VI SDN Kebonsari 01 Kecamatan Tuban Tahun  Pelajaran 2009/2010.
  2. Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran kooperatif model TAPPS terhadap motivasi belajar Pendidikan Agama Islam kelas VI SDN    Kebonsari 01 Kecamatan Tuban Tahun  Pelajaran 2009/2010.
C.  Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk :
  1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam setelah diterapkannya pembelajaran Kooperatif model TAPPS pada siswa kelas VI SDN Kebonsari 01 Kecamatan Tuban Tahun  Pelajaran 2009/2010.
  2. Mengetahui pengaruh motivasi belajar Pendidikan Agama Islam setelah diterapkan pembelajaran kooperatif model TAPPS pada siswa kelas VI SDN Kebonsari 01 Kecamatan Tuban Tahun  Pelajaran 2009/2010.
D.  Manfaat Penelitian
 Penulis mengharapkan dengan penelitian ini dapat :
  1. Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam.
  2. Meningkatkan motivasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Agama Islam.
  3. Mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai dengan bidang studi Pendidikan Agama Islam.

E.  Definisi Operasional Variabel
 Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut :
  1. Metode pembelajaran kooperatif adalah :
Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama.
  1. Motivasi belajar adalah :
Dorongan dan kemauan belajar yang dinyatakan dalam nilai atau skor yang dijaring melalui angket motivasi.

  1. Prestasi belajar adalah :
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk, skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.

F.   Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah yang meliputi :
  1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas VI SDN Kebonsari 01 Kecamatan Tuban Tahun  Pelajaran 2009/2010 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
  2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret semester genap tahun pelajaran 2009/2010.
  3. Materi yang disampaikan adalah kompetensi dasar “Mengetahui kewajiban zakat “









BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.  Definisi Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (KBBI, 1996 : 14).
Sependapat dengan pernyataan tersebut Sutomo (1993 : 68) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain. (Soetomo,  1993 : 120).
Pasal 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidikan dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.

B.  Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama. (Felder, 1994 : 2).
Wahyuni (2001 : 8) menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dengan cara menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan berbeda.
Sependapat dengan pernyataan tersebut Setyningsih (2001 : 8) mengemukakan bahwa metode pembelajaran kooperatif memusatkan aktivitas di kelas pada siswa dengan cara pengelompokan siswa untuk bekerjasama dalam proses pembelajaran.
Dari tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah. Kemampuan siswa dalam setiap kelompok adalah hiterogen.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi menjadi subjek belajar karena mereka dapat berkreasi secara maksimal dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena pembelajaran kooperatif merupakan metode alternatif dalam mendekati permasalahan, mampu mengerjakan tugas besar, meningkatkan keterampilan komunikasi dan sosial, serta perolehan kepercayaan diri.
Dalam pembelajaran ini siswa saling mendorong untuk belajar, saling memperkuat upaya-upaya akademik dan menerapkan norma yang menunjang pencapaian hasil belajar yang tinggi. (Nur, 1996 : 4). Dalam pembelajaran kooperatif lebih mengutamakan sikap sosial untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu dengan cara kerjasama.
Pembelajaran kooperatif mempunyai unsur-unsur yang perlu diperhatikan. Unsur-unsur tersebut sebagai berikut :
1.       Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka "tenggelam atau berenang bersama".
2.       Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3.       Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama.
4.       Para siswa harus membagi tugas dan berbagai tanggung jawab sama besarnya di antara para anggota kelompok.
5.       Para siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
6.       Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerjasama selama belajar.
7.       Para siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Johnson, Johnson, dan Smitt dalam Felder (1994 : 2) menambahkan unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut :
1.      Ketergantungan Positif
Anggota kelompok harus saling tergantung untuk mencapai tujuan. Jika ada anggota yang gagal mengerjakan tugasnya maka setiap anggota harus menerima konsekuensinya.
2.      Kemampuan Individual
Seluruh siswa dalam satu kelompok memiliki tanggung jawab melakukan pekerjaannya dan menguasai seluruh bahan untuk dipelajari.
3.      Promosi tatap muka interaktif
Meskipun beberapa kelompok kerja dibagi-bagikan dan dilakukan tiap individu, beberapa diantaranya harus dilakukan secara interaktif, anggota kelompok saling memberikan timbal balik.
4.      Manfaat dari penggabungan keahlian yang tepat
Siswa didorong dan dibantu untuk mengembangkan dan mempraktekkan pembangunan kepercayaan, kepimpinan, pembuatan keputusan, komunikasi dan konflik manajemen keahlian.
5.      Kelompok Proses
Anggota kelompok mengatur kelompok, secara periodik menilai apa yang mereka lakukan dengan baik sebagai sebuah kelompok dan mengidentifikasi perubahan yang akan mereka lakukan agar fungsi mereka lebih efektif di waktu selanjutnya.
Berdasarkan unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif. Johnson, Johnson dalam Wahyuni (2001 : 10) menyebutkan peranan guru dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut :
  1. Menentukan objek pembelajaran.
  2. Membuat keputusan menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar sebelum pembelajaran dimulai.
  3. Menerangkan tugas dan tujuan akhir pada siswa.
  4. Menguasai kelompok belajar dan menyediakan keperluan tugas.
  5. Mengevaluasi prestasi siswa dan membantu siswa dengan cara mendiskusikan cara kerjasama.
C.  Keterampilan-Keterampilan Kooperatif
Pembelajaran kooperatif akan terlaksana dengan baik jika siswa memiliki keterampilan-keterampilan kooperatif. Keterampilan-keterampilan kooperatif yang perlu dimiliki siswa seperti diungkapkan Nur (1996 : 25) adalah keterampilan kooperatif tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat mahir.
  1. Keterampilan kooperatif tingkat awal.
Keterampilan kooperatif tingkat awal meliputi hal-hal sebagai berikut :
      Menggunakan kesepakatan
Menggunakan kesepakatan artinya setiap anggota kelompok memiliki kesamaan pendapat. Menggunakan kesepakatan bertujuan untuk mengetahui siapa yang memiliki pendapat yang sama.

      Menghargai kontribusi.
Maksud dari menghargai kontribusi yaitu memperhatikan atau mengenal apa yang dikatakan atau dikerjakan oleh anggota kelompok yang dibuat lain. Tidak selalu harus menyetujui, dapat saja tidak menyetujui yang berupa kritik yang diberikan harus terahadap ide dan tidak terhadap pelaku.
      Menggunakan suara pelan.
Tujuan menggunakan suara dalam kerja kelompok agar anggota kelompok dapat mendengar percakapan dengan jelas dan tidak frustasi oleh suara keras dalam ruangan.
      Mengambil giliran dan berbagai tugas.
Setiap anggota kelompok harus bisa menggantikan seseorang yang mengemban tugas tertentu dan mengambil tanggungjawab tertentu dalam kelompok.
      Berada dalam kelompok.
Untuk menciptakan pekerjaan kelompok yang efisien setiap anggota kelompok harus tetap duduk atau berada dalam tempat kerja kelompok.
      Berada dalam tugas.
Setiap anggota kelompok harus meneruskan tugas yang menjadi tanggungjawab agar kegiatan selesai tepat waktunya.
      Mendorong partisipasi.
Anggota kelompok selalu mendorong semua anggota kelompok untuk memberikan sumbangan terhadap penyelesaian tugas kelompok. Karena jika satu atau dua orang anggota kelompok tidak berpartisipasi atau hanya memberikan sedikit sumbangan, maka hasil dari kelompok tersebut tidak akan terselesaikan pada waktunya atau hasilnya kurang orisinil atau kurang imajinatif.
      Mengundang orang lain untuk berbicara.
Maksud dari mengundang orang lain untuk berbicara yaitu meminta orang lain untuk berbicara agar hasil kelompok bisa maksimal.
      Menyelesaikan tugas tepat waktunya.
Tugas yang dikerjakan harus diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan agar memperoleh nilai yang tinggi.
      Menyebutkan nama dan memandang bicara.
Memanggil satu sama lain menggunakan nama dan menggunakan kontak mata akan memberikan rasa bahwa mereka telah memberikan kontribusi penting kelompok.
      Mengatasi gangguan.
Mengatasi gangguan berarti menghindari masalah yang diakibatkan karena tidak atau kurangnya perhatian terhadap tugas yang diberikan. Gangguan dapat membuat suatu kelompok tidak dapat menyelesaikan tugas belajar yang diberikan.
      Menolong tanpa memberi jawaban.
Agar siswa tidak merasa telah memahami atau menemukan konsep, dalam memberikan bantuan tidak dengan menunjukkan cara pemecahannya.
      Menghormati perbedaan individu.
Bersikap menghormati perbedaan terhadap budaya unik, pengalaman hidup serta suku bangsa/ras dari semua siswa dapat menghindari permusuhan dalam kelompok. Ketegangan dapat dikurangi, rasa memiliki dan persahabatan dapat dikembangkan serta masing-masing individu anggota kelompok dapat meningkatkan rasa kebaikan, sensivitas dan toleransi.
  1. Keterampilan kooperatif tingkat menengah.
Keterampilan kooperatif tingkat menengah meliputi :
      Menunjukkan penghargaan dan simpati.
Menunjukkan rasa hormat, pengertian dan rasa sensivitas terhadap usulan-usulan yang berbeda dari usulan orang lain.
      Menggunakan pesan "saya".
Dalam berbicara perlu menggunakan kata "saya" agar orang lain tidak merasa terancam atau merasa bersalah sehingga permusuhan dapat dihindari.
      Menggunakan ketidak setujuan dengan cara yang dapat diterima.
Menyatakan pendapat yang berbeda atau menjawab pertanyaan harus dengan cara yang sopan dan sikap yang baik karena jika mengkritik seseorang dan memadamkan ide seseorang dapat menimbulkan atmosfir yang negatif dalam kelompok.
      Mendengarkan dengan aktif.
Mendengarkan dengan aktif maksudnya menggunakan pesan fisik dan lisan dalam memperhatikan pembicara. Pembicara akan mengetahui bahwa pendengar secara giat sedang menyerap informasi. Pengertian terhadap konsep akan meningkat dan hasil kelompok akan menunjukkan tingkat pemikiran dan komunikasi yang tinggi.
      Bertanya.
Bertanya artinya meminta atau menanyakan duatu informasi atau penjelasan lebih jauh. Dengan bertanya akan menjelaskan konsep, seseorang yang sedang tidak aktif dapat didorong untuk ikut serta, dan anggota kelompok yang malu dapat dimotivasi untuk ikut berperan serta.
      Membuat ringkasan.
Membuat ringkasan maksudnya mengulang kembali informasi. Ini dapat untuk membantu mengatur apa yang sudah dikerjakan dan apa yang perlu dikerjakan.
      Menafsirkan.
      Menafsirkan artinya menyatakan kembali informasi dengan kalimat yang berbeda. Informasi dapat dijelaskan dan hal-hal yang penting dapat diberi penekanan.
      Mengatur dan mengorganisir.
      Merencanakan dan menyusun pekerjaan sehingga dapat diselesaikan secara efektif dan efisien. Dengan mengatur dan mengorganisir, tugas-tugas yang diberikan akan dapat diselesaikan dengan efisien dan efektif.
      Memeriksa ketetapan.
Membandingkan jawaban dan memastikan jawaban itu benar. Manfaatnya yaitu pekerjaan akan bebas dari kesalahan dan kekurang tepatan. Pemahaman terhadap bidang studi akan berkembang.
      Menggunakan kesabaran.
Bersikap toleran pada teman, tetap pada pekerjaan dan bukan pada kesulitan-kesulitan, serta tidak membuat keputusan yang tergesa-gesa.
      Tetap tenang/mengurangi ketegangan.
Maksud dari tetap/mengurangi ketegangan adalah menimbulkan atmosfir yang damai dalam kelompok. Suasana yang hening dalam kelompok dapat menimbulkan tingkat pembelajaran yang lebih tinggi.
  1. Keterampilan kooperatif tingkat mahir.
Keterampilan tingkat mahir meliputi hal-hal sebagai berikut :
      Mengolabolari.
Mengolaborasi berarti memperluas konsep, kesimpulan dan pendapat-pendapat yang berhubungan dengan topik tertentu. Mengolaborasi dapat menghasilkan pemahaman yang lebih dalam dan prestasi yang lebih tinggi.

      Memeriksa secara cermat.
Bertanya dengan pokok pembicaraan yang lebih mendalam untuk mendapatkan jawaban yang benar. Memeriksa secara cermat dapat menjamin bahwa jawabannya benar.
      Menanyakan kebenaran.
Menanyakan kebenaran maksudnya membuktikan bahwa jawaban yang dikemukakan adalah benar atau memberikan alasan untuk jawaban tersebut. Menanyakan kebenaran akan membantu siswa untuk berfikir tentang jawaban yang diberikan dan untuk lebih meyakinkan terhadap ketepatan jawaban tersebut.
      Menganjurkan suatu posisi.
Menganjurkan suatu posisi maksudnya menunjukkan posisi kelompok terhadap suatu masalah tertentu.
      Menetapkan tujuan.
Menetapkan tujuan maksudnya menentukan prioritas-prioritas. Pekerjaan dapat diselesaikan lebih efisien jika tujuannya jelas.
      Berkompromi.
Berkompromi adalah menentukan pokok permasalahan dengan persetujuan bersama. Berkompromi dapat membangun rasa hormat kepada orang lain dan mengurangi konflik antar pribadi. 
      Menghadapi masalah khusus.
Menghadapi masalah khusus maksudnya menunjukkan masalah dengan memakai pesan "saya", tidak menuduh, tidak menggunakan sindiran, atau memanggil nama. Hal tersebut menunjukkan bahwa hanya sikap yang dapat berubah bukan ciri atau ketidak mampuan seseorang semuanya itu bertujuan untuk memecahkan masalah dan bukan untuk memenangkan masalah. Dengan hal ini konflik pribadi akan berkurang. Tingkat kebaikan, sensitivitas dan toleran akan meningkat.
D.  Pembelajaran Kooperatif Model TAPPS (Thingking Aloud Pair Problem Solving)

Dalam model ini siswa mengerjakan permasalahan yang mereka jumpai secara berpasangan, dengan satu anggota pasangan berfungsi sebagai pemecah permasalahan dan yang lainnya sebagai pendengar. Pemecah permasalahan mengucapkan semua pemikirannya dan mereka saat mereka mencari sebuah solusi, pendengar mendorong rekan mereka untuk tetap untuk berbicara dan menawarkan anggapan umum atau petunjuk jika bagian pemecah masalah tertekan.
Berdasarkan metode pembelajaran tersebut Felder (1994 : 6-8) memberikan saran dalam membentuk kelompok pembelajaran kooperatif sebagai berikut :
a.   Berikan tugas kelompok yang terdiri dari tiga sampai empat siswa.
Saat siswa bekerja terpisah, salah satu diantaranya lebih mendominasi dan biasanya bukanlah mekanisme yang baik untuk memecahkan perdebatan, dan dalam tim yang berisi lima orang atau lebih akan menjadi sulit untuk mempertahankan keterlibatan setiap orang dalam proses. Kumpulkan satu tugas per kelompok.
b.   Usahakan membentuk kelompok yang kemampuannya heterogen.
hambatan akan dijumpai satu kelompok memiliki anggota yang semuanya lemah dan akan tampak nyata tetapi dengan mengumpulkan satu kelompok yang memiliki anggota dengan kemampuan kuat juga tidak disarankan.
c.   Hindari kelompok dimana siswa perempuan dan siswa minoritas yang banyak jumlahnya.
Studi-studi telah memperlihatkan bahwa gagasan siswa perempuan dan kontribusinya seringkali dikurangi atau dipotong dalam tim yang memiliki kelompok berjenis kelamin campuran, dan para siswa perempuan akhirnya mengambil peran pasif dalam interaksi kelompok.
d.   Jika sangat memungkinkan, memilih kelompok sendiri.
Dalam membentuk kelompok, siswa menentukan sendiri anggota kelompoknya.
e.   Memberikan tugas regu dengan masing-masing tugas yang berputar.
Dalam kelompok menghendaki perputaran tugas. Tugas-tugas dalam kelompok yaitu : (1) koordinator (mengorganisir tugas ke dalam sub tugas, mengalokasikan tanggungjawab, mempertahankan kelompok tatap berorientasi pada tugas), (2) pemeriksa (memonitor kedua solusi dan pemahaman tiap-tiap anggota regu di antara mereka), (3) perekam (melihat kemungkinan konsensus, menulis solusi kelompok yang lahir), dan (4) skeptis (menyarankan berbagai kemungkinan alternativ, menghindari kelompok melompat pada kesimpulan terlalu awal).
f.    Mempertimbangkan hal positif yang saling bergantung.
semua anggota regu perlu merasakan bahwa mereka mempunyai peran unik untuk berperan serta di salah saatu kelompok dan tugas hanya dapat diselesaikan dengan baik jika semua anggota melakukan tugas mereka.
g.   Mempertimbangkan tanggungjawab individu.
Cara terbaik untuk mencapai tujuan adalah dengan memberikan tes individu, selain itu dalam pemilihan anggota regu perlu menyajikan atau menjelaskan hasil regu itu.
h.   Membuat kelompok secara teratur menilai prestasi mereka.
Pada awal tugas, siswa perlu mendiskusikan apa yang sebaiknya dikerjakan, kesulitan apa yang muncul, dan apa yang tiap-tiap anggota dapat melakukan untuk membuat semua hal bekerja lebih baik.
 i.   Menawarkan gagasan agar kelompok berfungsi efektif.
Suatu pendekatan untuk menyiapkan siswa dengan beberapa unsur-unsur arahan yang akan menghasilkan suatu penghargaan dari apa sebenarnya kerja kelompok dan untuk membantu pengembangan dari keterampilan hubungan antar pribadi yang menopang di dalam pembentukan regu dan prestasi.
j.    Menyediakan bantuan regu yang memiliki kesukaran dalam bekerja sama. 
kelompok yang mempunyai permasalahan harus dipertemukan dengan pengajar untuk mendiskusikan kemungkinan pemecahan masalah.
k.   Jangan membentuk kembali kelompok yang sudah pernah terbentuk.
Tujuan bekerjasama yang utama akan membantu para siswa memperluas daftar literatur pendekatan pemecahan masalah mereka, dan tujuan kedua akan membantu mereka mengembangkan keterampilan kepemimpinan kolaboratif, pengambilan keputusan dan tujuan lainnya. Ini hanya dapat dicapai jika para siswa mempunyai cukup waktu untuk mengembangkan suatu dinamika kelompok, persaingan dan menanggulangi berbagai kesulitan dalam bekerja bersama-sama.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997 - 8) mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru bertindak sebagai peneliti, (b) penelitian tindakan kolaboratif, (c) Simultan terintegratif, dan (d) administrasi sosial eksperimental.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk penelitian kolaboratif dengan guru kelas dan di dalam proses belajar mengajar di kelas yang bertindak sebagai pengajar dan peneliti adalah guru bidang studi Pendidikan Agama Islam sedangkan penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah peneliti. Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana peneliti secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Dalam penelitian ini peneliti bekerjasama dengan guru kelas, kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai peneliti diberitahukan kepada siswa. Dengan cara ini diharapkan adanya kerjasama dari seluruh siswa dan bisa mendapatkan data yang subjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.

A.  Tempat, Waktu dan Subjek Penelitian
1.   Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di kelas VI SDN Kebonsari 01 Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban Tahun  Pelajaran 2009/2010.
2.   Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret semester genap 2009/2010.
3.   Subjek Penelitian
  1. Subjek penelitian adalah siswi-siswi kelas VI SDN Kebonsari 01 Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban tahun pelajaran 2009/2010, kompetensi dasar  Mengetahui kewajiban zakat “

B.  Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2003 : 3).
Sedangkan menurut Mukhlis (2003 : 5) PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/-meningkatkan praktek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2003 : 5)
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997 : 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.

C.  Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
1.   Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.
2.   Rencana Pelaksanaan Pelajaran (RPP)
  Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RPP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
3.   Lembar Kegiatan Siswa.
Lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses pengumpulan data hasil eksperimen.
4.   Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar.
a.   Lembar observasi pengolahan pembelajaran kooperatif model TAPPS, untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
b.   Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.
5.   Angket Motivasi Terhadap Pembelajaran kooperatif model TAPPS
Angket ini digunakan untuk mengetahui apakah siswa-siswa tersebut menyenangi metode pembelajaran yang ditawarkan penulis kompetensi dasar “Mengetahui kewajiban zakat”.
6.   Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan konsep Pendidikan Agama Islam pada kompetensi dasar “ Mengetahui kewajiban zakat”..
Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 46 soal yang telah diujicoba, kemudian penulis mengadakan tes.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data observasi berupa pengamatan pengelolaan pembelajaran dengan Metode Pembelajaran Kooperatif Model TAPPS (Thingking Aloud Pair Problem Solving) dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif  siswa pada setiap siklus.
Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang betul-betul mewakili apa yang diinginkan. Data ini selanjutnya dianalisis tingkat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.
Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan model Pembelajaran Kooperatif Model TAPPS (Thingking Aloud Pair Problem Solving) yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model TAPPS (Thingking Aloud Pair Problem Solving) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dan data pengamatan aktivitas siswa dan guru.
Angket motivasi siswa digunakan untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan Metode Pembelajaran Kooperatif Model TAPPS (Thingking Aloud Pair Problem Solving)
Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan Metode Pembelajaran Kooperatif Model TAPPS (Thingking Aloud Pair Problem Solving).
A.        Analisis Item Butir Soal
Sebelum melaksanakan pengambilan data melalui instrument penelitian berupa tes dapat mendapatkan tes yang baik, maka data tes tersebut diuji dan dianalisis. Uji coba dilakukan pada siswa di luar sasaran penelitian. Analisis tes yang dilakukan meliputi :
1.   Validitas
Validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan tes sehingga dapat digunakan sebagai instrument dalam penelitian ini. Dari perhitungan 46 soal diperoleh 15 soal tidak valid dan 31 soal valid. Hasil dari validitas soal-soal dirangkum dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.1. Soal dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa
Soal Tidak Valid
Soal Valid
5, 6, 8, 15, 16, 18, 20, 22, 24, 31, 32, 33, 34, 35, 40
1, 2, 3, 4, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 19, 21, 23, 25, 25, 27, 28, 29, 30, 36, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 44, 45, 46

1.      Reliabilitas
Soal-soal yang telah memenuhi syarat validitas diuji reliabilitasnya. Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r11 sebesar 0,854. harga ini lebih besar dari harga r product moment. Untuk jumlah siswa      ( N = 39 ) dengan r ( 95% ) = 0,413. dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syarat reliabilitas. 
2.     Taraf  Kesukaran (p)
Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal. Hasil analisis menunjukkan dari 46 soal yang diuji terdapat :
-          21 soal mudah
-          14 soal sedang
-          10 soal sukar
3.     Daya Pembeda
Analis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan soal dalam membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.
Dari hasil analis daya pembeda diperoleh soal yang berkriteria jelek sebanyak 16 soal, berkriteria cukup 21 soal, berkriteria baik 8 soal dan yang berkriteria tidak baik 1 soal. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syarat-syarat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda.

B.     Analisis Data Penelitian Persiklus 
1.     Siklus I
a.       Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolahan Metode Pembelajaran Kooperatif Model TAPPS (Thingking Aloud Pair Problem Solving), dan lembar observasi aktifitas guru dan siswa.

b.      Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2010 di kelas VI dengan jumlah siswa 40 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru Pendidikan Agama Islam . Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.
Pengamatan ( observasi ) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Sebagai pengamat adalah guru kelas VI      dan seorang sukarelawan.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2. Nilai Tes I
No.
Nama Siswa
Skor
Keterangan
T
TT
1
Harnov Giovani R.
70

2
Abdul Latthif M.
80

3
Adetya Chourudin S.
80

4
Aldian Indra Prakarsa
80

5
Amadea Pratamania
80

6
Asriel Rahmat P.
80

7
Bintang Habib S.
70

8
Cahya Pranata
70

9
Cikita Cahya Putri A.
70

10
Citra Anggun Dwi M.
80

11
Doni Satria M.
80

12
Fatimah Taufiq W.
80

13
Febri Diah A.
80

14
Fiqri Syarifatul Aini
80

15
Ilham Dwiky Nugroho
80

16
Karinda Kennia A.
90

17
Kavindhi Pradana F.
70

18
Larasati Adelia Sutra
70

19
Mega Pertiwi
70

20
Melly Sandella Gita A.
80

21
Mentari Atdi P. P.
80

22
Mathew Aditya P.
80

23
Moch. Rizal A. P.
80

24
Nana Fitriani Astutik
80

25
Niken Marska Nur A.
70

26
Nuzul Hadi Pramono
60

27
Puspita Rhizqy Yunia
70

28
Rifqi Husyida V.
80

29
Rio Rizqa Aldino
80

30
Riskyta Aprilliana S.
70

31
Roebby Ardiano I.
80

32
Rr. Kumala L. Nur
80

33
Silvia Cristiana Agata
90

34
Yolanda Ariesa K.
80

35
Zamrudi Ilham W.
80

36
Sofia Yuliana A.
80

37
Maria Mitha A. S. P.
70

38
Wahyu Nur Hidayat
70

39
Hadafi Saifan Abrar
70

40
Nur Aulia Pramesti
80

Jumlah Skor 3070
3070
27
13
Jumlah Skor Mask. Ideal 4000



% Skor Tercapai 67,50








Keterangan :
T                                                            :       Tuntas
TT                                                          :       Tidak Tuntas
Jumlah Siswa yang Tuntas                    :       27
Jumlah Siswa yang belum Tuntas         :       13
Klasikal                                                 :       Belum Tuntas

Tebel 4.3. Pengelola Pembelajaran pada Siklus I
No.
Aspek yang diamati
Penilaian
Rata-Rata
P1
P2
I.
Pengamatan KBM




A. Pendahuluan




1. Memotivasi siswa
2
2
2

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
2
3
2,5

B. Kegiatan Inti




1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa
3
3
3

2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3
3
3

3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok
3
3
3

4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil




    Penyelidikan
3
3
3

5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan menemukan konsep
3
3
3

C. Penutup




1. Membimbing siswa membuat rangkuman
3
3
3

2. Memberikan evaluasi
3
3
3
II
Pengelolaan Waktu
2
2
2
III
Antusiasme Kelas




1. Siswa Antusias
3
2
2,5

2. Guru Antusias
3
3
3
Jumlah
33
33
33

Keterangan              :     Nilai                :     Kriteria
                                      1.                     :     Tidak Baik
                                      2.                     :     Kurang Baik
                                      3.                     :     Cukup Baik
                                      4.                     :     Baik
Berdasarkan tabel di atas aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, pengelolaan waktu, dan siswa antusias. Keempat aspek yang mendapat penilaian kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I. Dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II.
Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa seperti pada tabel berikut :
Tabel 4.4 Aktivitas Guru dan Siswa pada Siklus I
No.
Aktivitas Guru yang diamati
Persentase
1
Menyampaikan tujuan
5,0
2
Memotivasi siswa/merumuskan masalah/hipotesis
8,3
3
Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya
8,3
4
Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi
6,7
5
Menjelaskan/relatif menggunakan alat
13,3
6
Membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan


LKS/menentukan konsep
21,7
7
Meminta siswa menyajikan gurun mendiskusikan hasil kegiatan
10,0
8
Memberikan umpan balik
18,3
9
Membimbing siswa menerangkum pelajaran
8,3
No.
Aktivitas Siswa yang diamati
Persentase
1
Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru
22,5
2
Membaca buku siswa/mengerjakan LKS
11,5
3
Bekerja dengan menggunakan alat/media
18,8
4
Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru
14,4
5
Menyajikan hasil pembelajaran
2,9
6
Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide
5,2
7
Menulis yang relevan dengan KBM
8,9
8
Merangkum pembelajaran
6,9
9
Mengerjakan tes evaluasi/latihan
8,9

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada siklus I adalah membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS menemukan konsep yaitu 21,7%. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dan menjelaskan/melatih menggunakan alat yaitu masing-masing sebesar 18,3% dan 13,3%. Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominan adalah mengerjakan/memperhatikan penjelasan guru yaitu 22,5%. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru, dan mengerjakan LKS yaitu masing-masing 18,8% dan 11,5%.
Pada siklus I, secara garis besar pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif model Pembelajaran kooperatif model  TAPPS sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa.
Hasil berikutnya adalah tes formatif siswa seperti terlihat pada tabel berikut.
Tabel 4.5. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus I
No.
Uraian
Hasil Siklus I
1
Nilai rata-rata tes formatif
76,75
2
Jumlah siswa yang tuntas belajar
27
3
Persentase ketuntasan belajar
67,50

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif model TAPPS (Thingking Aloud Pair Problem Solving) diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 76,75 dan ketuntasan belajar mencapai 67,50% atau ada 27 siswa dari 40 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 74 hanya sebesar 67,50% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif model Pembelajaran kooperatif model TAPPS.
c.   Refleksi
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
1.      Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
2.      Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan.
3.      Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.



2.      Siklus II
a.   Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pembelajaran 2, LKS, 2, soal tes formatif II dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran kooperatif model Pembelajaran kooperatif model TAPPS dan lembar observasi guru dan siswa.
b.   Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 16 Maret 2010 di kelas VI mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan jumlah siswa 39 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru Pendidikan Agama Islam. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada Siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Sebagai pengamat adalah wali kelas dan seorang sukarelawan.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6. Nilai Tes II :
No.
Nama Siswa
Skor
Keterangan
T
TT
1
Harnov Giovani R.
80

2
Abdul Latthif M.
80

3
Adetya Chourudin S.
80

4
Aldian Indra Prakarsa
80

5
Amadea Pratamania
80

6
Asriel Rahmat P.
80

7
Bintang Habib S.
70

8
Cahya Pranata
80

9
Cikita Cahya Putri A.
90

10
Citra Anggun Dwi M.
80

11
Doni Satria M.
80

12
Fatimah Taufiq W.
80

13
Febri Diah A.
80

14
Fiqri Syarifatul Aini
80

15
Ilham Dwiky Nugroho
80

16
Karinda Kennia A.
90

17
Kavindhi Pradana F.
80

18
Larasati Adelia Sutra
70

19
Mega Pertiwi
80

20
Melly Sandella Gita A.
80

21
Mentari Atdi P. P.
80

22
Mathew Aditya P.
80

23
Moch. Rizal A. P.
80

24
Nana Fitriani Astutik
80

25
Niken Marska Nur A.
70

26
Nuzul Hadi Pramono
80

27
Puspita Rhizqy Yunia
70

28
Rifqi Husyida V.
80

29
Rio Rizqa Aldino
80

30
Riskyta Aprilliana S.
80

31
Roebby Ardiano I.
80

32
Rr. Kumala L. Nur
80

33
Silvia Cristiana Agata
90

34
Yolanda Ariesa K.
80

35
Zamrudi Ilham W.
80

36
Sofia Yuliana A.
80

37
Maria Mitha A. S. P.
70

38
Wahyu Nur Hidayat
80

39
Hadafi Saifan Abrar
70

40
Nur Aulia Pramesti
80

Jumlah Skor 3270
3270
35
5
Jumlah Skor Mask. Ideal 4000



% Skor Tercapai 87,50




Keterangan :
T                                                            :       Tuntas
TT                                                          :       Tidak Tuntas
Jumlah Siswa yang Tuntas                    :       35
Jumlah Siswa yang belum Tuntas         :       5
Klasikal                                                 :       Belum Tuntas
Tabel 4.7. Pengelolaan Pembelajaran kooperatif model
Pembelajaran kooperatif model TAPPS pada Siklus II
No.
Aspek yang diamati
Penilaian
Rata-Rata
P1
P2
I.
Pengamatan KBM




A. Pendahuluan




1. Memotivasi siswa
3
3
3

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
3
4
3,5

B. Kegiatan Inti




1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa
3
4
3,5

2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
4
4
4

3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok
4
4
4

4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil




    Penyelidikan
4
4
4

5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan menemukan konsep
3
3
3

C. Penutup




1. Membimbing siswa membuat rangkuman
3
4
3,5

2. Memberikan evaluasi
4
4
4
II
Pengelolaan Waktu
3
3
2
III
Antusiasme Kelas




1. Siswa Antusias
4
3
3,5

2. Guru Antusias
4
4
4
Jumlah
41
43
42

Keterangan              :     Nilai                :     Kriteria
                                      1.                     :     Tidak Baik
                                      2.                     :     Kurang Baik
                                      3.                     :     Cukup Baik
                                      4.                     :     Baik
Dari tabel di atas, tampak aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakan oleh guru dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif model Pembelajaran kooperatif model TAPPS mendapatkan penilaian yang cukup baik dari pengamat. Maksudnya dari seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namun demikian penilaian tersebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan penerapan pembelajaran kooperatif model Pembelajaran kooperatif model TAPPS. Aspek-aspek tersebut adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.
Dengan penyempurnaan aspek-aspek di atas dalam penerapan model pembelajaran apa yang telah mereka pelajari dan mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan lebih memahami tentang apa yang telah mereka lakukan.
Berikut ini disajikan hasil observasi aktivitas guru dan siswa
Tabel 4.8. Aktivitas Guru dan Siswa pada Siklus II
No.
Aktivitas Guru yang diamati
Persentase
1
Menyampaikan tujuan
6,7
2
Memotivasi siswa/merumuskan masalah/hipotesis
6,7
3
Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya
6,7
4
Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi
10,7
5
Menjelaskan/relatif menggunakan alat
11,7
6
Membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan


LKS/menentukan konsep
25,0
7
Meminta siswa menyajikan gurun mendiskusikan hasil kegiatan
8,2
8
Memberikan umpan balik
16,6
9
Membimbing siswa menerangkum pelajaran
6,7
No.
Aktivitas Siswa yang diamati
Persentase
1
Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru
17,9
2
Membaca buku siswa/mengerjakan LKS
12,1
3
Bekerja dengan menggunakan alat/media
21,8
4
Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru
13,8
5
Menyajikan hasil pembelajaran
4,6
6
Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide
5,4
7
Menulis yang relevan dengan KBM
7,7
8
Merangkum pembelajaran
6,7
9
Mengerjakan tes evaluasi/latihan
10,8

 Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada siklus II adalah membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep yaitu 25%. Jika dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini mengalami peningkatan. Aktivitas guru yang mengalami penurunan adalah memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab (16,6%), menjelaskan/melatih menggunakan alat (11,7). Meminta siswa mendiskusikan dan menyajikan hasil kegiatan (8,2%), dan membimbing siswa merangkum pelajaran (6,7%).
Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus II adalah bekerja dengan menggunakan alat/media yaitu (21%). Jika dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini mengalami peningkatan. Aktivitas siswa yang mengalami penurunan adalah mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru (17,9%). Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru (13,8%), menulis yang relevan dengan KBM (7,7%) dan merangkum pembelajaran (6,7%). Adapun aktivitas siswa yang mengalami peningkatan adalah mengerjakan LKS (12,1%), menyajikan hasil pembelajaran (4,6%), menanggapi/mengajukan pertanyaan/ide (5,4%), dan mengerjakan tes evaluasi/latihan (10,8%).
Hasil tes formatif siswa terlihat pada tabel berikut.
Tabel 4.9. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II
No.
Uraian
Hasil Siklus II
1
Nilai rata-rata tes formatif
79,25
2
Jumlah siswa yang tuntas belajar
35
3
Persentase ketuntasan belajar
87,50

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 79,25 dan ketuntasan belajar mencapai 87,50% atau ada 35 siswa dari 40 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model Pembelajaran kooperatif model TAPPS.
b.      Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut :
1.      Memotivasi siswa
2.      Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
3.      Pengelolaan waktu
c.        Revisi Rancangan
Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus II antara lain :
1)   Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.
2)   Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya.
3)   Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.
4)   Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
5)   Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar.
3.   Siklus III
a.   Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti  mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan cara pembelajaran kooperatif model TAPPS model pengajaran terarah dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
b.   Tahap Kegiatan dan Pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 23 Maret 2010 di kelas VI mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Kebonsari 01 Kecamatan Tuban dengan jumlah siswa 40 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru Pendidikan Agama Islam. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus II.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut :

Tabel 4.10. Nilai Tes III
No.
Nama Siswa
Skor
Keterangan
T
TT
1
Harnov Giovani R.
80

2
Abdul Latthif M.
80

3
Adetya Chourudin S.
80

4
Aldian Indra Prakarsa
80

5
Amadea Pratamania
80

6
Asriel Rahmat P.
80

7
Bintang Habib S.
90

8
Cahya Pranata
80

9
Cikita Cahya Putri A.
90

10
Citra Anggun Dwi M.
80

11
Doni Satria M.
80

12
Fatimah Taufiq W.
80

13
Febri Diah A.
80

14
Fiqri Syarifatul Aini
80

15
Ilham Dwiky Nugroho
80

16
Karinda Kennia A.
90

17
Kavindhi Pradana F.
80

18
Larasati Adelia Sutra
80

19
Mega Pertiwi
80

20
Melly Sandella Gita A.
80

21
Mentari Atdi P. P.
80

22
Mathew Aditya P.
80

23
Moch. Rizal A. P.
80

24
Nana Fitriani Astutik
80

25
Niken Marska Nur A.
70

26
Nuzul Hadi Pramono
80

27
Puspita Rhizqy Yunia
80

28
Rifqi Husyida V.
80

29
Rio Rizqa Aldino
80

30
Riskyta Aprilliana S.
80

31
Roebby Ardiano I.
80

32
Rr. Kumala L. Nur
80

33
Silvia Cristiana Agata
90

34
Yolanda Ariesa K.
80

35
Zamrudi Ilham W.
80

36
Sofia Yuliana A.
80

37
Maria Mitha A. S. P.
70

38
Wahyu Nur Hidayat
80

39
Hadafi Saifan Abrar
90

40
Nur Aulia Pramesti
80

Jumlah Skor 3230
3230
39
1
Jumlah Skor Mask. Ideal 4000



% Skor Tercapai 97,5




Keterangan :
T                                                            :       Tuntas
TT                                                          :       Tidak Tuntas
Jumlah Siswa yang Tuntas                    :       39
Jumlah Siswa yang belum Tuntas         :       1
Klasikal                                                 :       Tuntas

Tebel 4.11. Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif
Model Pembelajaran kooperatif model TAPPS pada Siklus III
No.
Aspek yang diamati
Penilaian
Rata-Rata
P1
P2
I.
Pengamatan KBM




A. Pendahuluan




1. Memotivasi siswa
3
3
3

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
4
4
4

B. Kegiatan Inti




1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa
4
4
4

2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
4
4
4

3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok
4
4
4

4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil




    Penyelidikan
4
3
3,5

5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan menemukan konsep
3
3
3

C. Penutup




1. Membimbing siswa membuat rangkuman
4
4
4

2. Memberikan evaluasi
4
4
4
II
Pengelolaan Waktu
3
3
3
III
Antusiasme Kelas




1. Siswa Antusias
4
4
4

2. Guru Antusias
4
4
4
Jumlah
45
44
44,5

Keterangan              :     Nilai                :     Kriteria
                                      1.                     :     Tidak Baik
                                      2.                     :     Kurang Baik
                                      3.                     :     Cukup Baik
                                      4.                     :     Baik
Dari tabel di atas, dapat dilihat aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus III) yang dilaksanakan oleh guru dengan menggunakan Pembelajaran kooperatif model pembelajaran kooperatif model TAPPS mendapatkan penilaian cukup baik dari pengamat adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.
Penyempurnaan aspek-aspek di atas dalam menerapkan pembelajaran kooperatif model Pembelajaran kooperatif model TAPPS diharapkan dapat berhasil semaksimal mungkin.
Tabel 4.12. Aktivitas Guru dan Siswa pada Siklus III
No.
Aktivitas Guru yang diamati
Persentase
1
Menyampaikan tujuan
6,7
2
Memotivasi siswa/merumuskan masalah/hipotesis
6,7
3
Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya
10,7
4
Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi
13,7
5
Menjelaskan/relatif menggunakan alat
10,7
6
Membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan


LKS/menentukan konsep
21,0
7
Meminta siswa menyajikan gurun mendiskusikan hasil kegiatan
10,0
8
Memberikan umpan balik
11,7
9
Membimbing siswa menerangkum pelajaran
10,0
No.
Aktivitas Siswa yang diamati
Persentase
1
Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru
20,8
2
Membaca buku siswa/mengerjakan LKS
13,1
3
Bekerja dengan menggunakan alat/media
22,1
4
Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru
15,0
5
Menyajikan hasil pembelajaran
2,9
6
Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide
4,2
7
Menulis yang relevan dengan KBM
6,0
8
Merangkum pembelajaran
7,3
9
Mengerjakan tes evaluasi/latihan
8,5

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada siklus III adalah membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep yaitu 21,6%. Sedangkan aktivitas/melatih menggunakan alat dan memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab menurun masing-masing sebesar (10%) dan (11,7%). Aktivitas lain yang mengalami peningkatan adalah mengaitkan dengan pelajaran sebelumnya (10%), menyampaikan materi/strategi/langkah-langkah (13,3%), meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan (10%), dan membimbing siswa merangkum pelajaran (10%). Adapun aktivitas yang tidak mengalami perubahan adalah menyampaikan tujuan (6,7%) dan memotivasi siswa (6,7%).
Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus III adalah bekerja dengan menggunakan alat/media yaitu (22,1%), dan mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru (20,8%), aktivitas yang mengalami peningkatan adalah membaca buku siswa/mengerjakan LKS (13,1%) dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru (15,0%). Sedangkan aktivitas yang lainnya mengalami penurunan.
Hasil berikutnya adalah tes formatif siswa seperti terlihat pada tabel berikut :
Tabel 4.13. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus III
No.
Uraian
Hasil Siklus III
1
Nilai rata-rata tes formatif
80,75
2
Jumlah siswa yang tuntas belajar
39
3
Persentase ketuntasan belajar
97,50

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 80,75 dan dari 40 siswa yang telah tuntas sebanyak 39 siswa dan 1 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 97,50% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus III. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif model Pembelajaran kooperatif model TAPPS sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehinga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.
c.   Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan pembelajaran kooperatif model Pembelajaran kooperatif model TAPPS. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut :
    1. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi presentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.
    2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung.
    3. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
    4. Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.
d.   Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran kooperatif model Pembelajaran kooperatif model TAPPS dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran kooperatif model Pembelajaran kooperatif model TAPPS dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

C.    Pembahasan
1.   Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif model Pembelajaran kooperatif model TAPPS memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II dan III) yaitu masing-masing 67,50%, 87,50% dan 97,50%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
2.   Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran kooperatif model Pembelajaran kooperatif model TAPPS dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3.   Aktivitas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan model pembelajaran kooperatif model Pembelajaran kooperatif model TAPPS yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif model Pembelajaran kooperatif model TAPPS dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep, menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab di mana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif model Pembelajaran kooperatif model TAPPS memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (67,50%), siklus II (87,50%), siklus III (97,50%).
2.      Penerapan pembelajaran kooperatif model Pembelajaran kooperatif model TAPPS mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan model pembelajaran kooperatif model Pembelajaran kooperatif model TAPPS sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

B.    Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut :
1.      Untuk melaksanakan pembelajaran kooperatif model Pembelajaran kooperatif model TAPPS memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan cara pembelajaran kooperatif model Pembelajaran kooperatif model TAPPS dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2.      Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan kegiatan penemuan, walau dalam taraf yang sederhana di mana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
3.      Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di Kelas VI SDN Kebonsari 01 Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban.
4.      Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

 
 

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineksa Cipta.

Felder, Richard M. 1994. Cooperative Learning in Technical Corse, (online), (Pcll/d/My % Document\Coop % 20 Report. Html, diakses 10 Juni 2004).

Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta : YP. Fak. Psikologi UGM.

Margono, S. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineksa Cipta.

Melvin, L. Siberman. 2004, Aktif Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung : Nusamedia dan Nuansa.

Nur, Muhammad. 1996.  Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. Universitas Negeri Surabaya.

Riduawan. 2005. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta.

Seotomo. 1993. Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya : Usaha Nasional

Sudjana. 1996. Metode Statistik. Bandung : Tarsito

Sudjana, N dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru.

Sukmadinata, Nana Syodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.